LAPORAN 5 TONE CONTROL
LAPORAN
5
PRAKTIKUM
AUDIO RADIO
TONE
CONTROL
DI SUSUN OLEH:
AFRINALDI
NIM : 1201944
PRODI: PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
TEKNIK
ELEKTRONIKA
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2014
FT UNP PADANG
|
Waktu : 3 x 50 menit
|
JURUSAN : Teknik Elektronika
|
Mata Kuliah : Praktek Audio Radio
|
PRODI : Pendidikan Teknik Elektronika
|
Topik : Audio
|
Kode : 04/Prak-Audio Radio/2014
|
Judul : Tone Control
|
TONE CONTROL
A. TUJUAN
Setelah
praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu :
1.
Merakit
rangkaian tone control (Pengatur Nada) dan power Amplifier
2.
Mengetahui
fungsi rangkaian Tone Control pada system audio
3.
Mengetahui
karakteristik kerja rangkaian tone control pada system audio
4.
Melihat
respon frekuensi dan penguatan yang dapat dilakukan oleh rangkaian tone
control.
B. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan
yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah :
1.
Osiloskop
Dual Beam = 1 set
2.
Multimeter
=
1 set
3.
AFG =
1 set
4.
Kit
power amplifier+tone control = 1 set
5.
Loudspeaker
= 1
buah
6.
Kabel
listrik =
secukupnya
7.
Audio
Player =
1 set
C. TEORI PENDUKUNG
Rangkaian
penguat audio yang baik yaitu rangkaian yang mampu memperkuatkan sinyal pada
range frekuensi audio yaitu frekuensi 20 Hz sampai 20 KHz dan pada saat
melakukan penguatan tanpa terjadinya cacat dengan nois yang sekecil mungkin.
Range frekuensi ini juga tergantung dari kemampuan dari loudspeaker. Jika
loudspeaker bekerja pada frekuensi Full Range (20 Hz-20 Khz) ini sangat baik
sekali, karena akan di dapat nada yang dinamis pada frekuensi Full Range. Tapi
jika hanya frekuensi tertentu saja yang mampu di reproduksi oleh loudspeaker,
maka penggunaan tone control memungkinkan untuk membatasi frekuensi tertentu.
Tone control
merupakan rangkaian pengatur nada yang terdiri dari rangkaian filter, yaitu Low
Pass Filter (LPF) dan High Pass Filter (HPF) maupun Band Pass Filter. Sebelum
sinyal dikuatkan oleh rangkaian Power Amplifier, rangkaian tone control bekerja
dengan mengatur nada yang akan dilewatkan pada rangkaian power amplifier,
sehingga akan didapatkan nada sesuai dengan respon frekuensi pada loudspeaker
dan akan didapatkan hasil (suara) pada loudspeaker yang sesuai dengan keinginan
pengguna.
Gambar 1. Blok Rangkaian Audio
Amplifier Sederhana
D. LANGKAH KERJA PRAKTIKUM
1.
Lengkapilah
peralatan dan bahan praktikum yang akan digunakan, periksa terlebih dahulu
peralatan dan pastikan komponen dalam keadaan baik dan bekerja.
2.
Rakitlah
rangkaian power amplifier dan tone control, sesuaikan dengan skema rangkaian
seperti pada gambar dibawah, kemudian berikan tegangan dan hidupkan rangkaian
sehingga output power amplifier menghasilkan bunyi saat input disentuh dengan
tangan.
Gambar Rangkaian pada pcb :
3.
Atur
pengaturan nada volume, Bass dan trable pada posisi tengah
4.
Hubungkan
AFG pada bagian input rangkaian amplifier serta hubungkan ke channel 1
osiloskop dan output pada channel 2 pada osiloskop.
5.
Atur
input AFG pada posisi 1 KHz dengan amplitude sebesar 50 mVp-p, berapa tegangan
output yang dihasilkan? …………….. Vp-p, dan tentukan juga beda fase = ……………
(Gambarkan
bentul sinyal)
6.
Atur
volume hingga menghasilkan sinyal output yang dapat terbaca dan tidak cacat
…………… Vp-p. berapa besar penguatan dari rangkaian yang anda gunakan adalah
…….dB
7.
Ulangi
langkah 6, aturlah posisi tone control dan ukur tegangan output (volume dan
amplitude AFG tidak dirubah). Isilah table pengamatan.
E.
ANALISA DAN HASIL PRAKTIKUM ( dengan cara mengulangi langkah 6 )
1.
Vin
= 3,2 x 50 mV = 160 mVp-p
Vo = 5,4 x 2 = 10,8 Vp-p
Penguatan = 20 log Vo / Vi
= 20 log 67,5
= 20 x 1,83
= 36,6 dB
2.
TABEL
PENGAMATAN
a. Kondisi Potensio Tone Control, Bass =
Minimum, High = Minimum
Frekuensi
Input
(Vo = 100
mVp-p)
|
Besar
Tegangan output/Vo
(Signal
Pada Speaker)
|
Keterangan
|
100 Hz
|
0,5 V
|
CACAT
|
250 Hz
|
1,1 V
|
TIDAK CACAT
|
500 Hz
|
2,9 V
|
TIDAK CACAT
|
750 Hz
|
3,6 V
|
TIDAK CACAT
|
1000 Hz
|
3,8 V
|
TIDAK CACAT
|
1500 Hz
|
3,6 V
|
TIDAK CACAT
|
2000 Hz
|
3,4 V
|
TIDAK CACAT
|
5000 Hz
|
1,8 V
|
TIDAK CACAT
|
10000 Hz
|
0,9 V
|
TIDAK CACAT
|
15000 Hz
|
0,48 V
|
TIDAK CACAT
|
20000 Hz
|
0,28 V
|
TIDAK CACAT
|
b. Kondisi Potensio Tone control, Bass =
Min, High = Tengah
Frekuensi
Input
(Vo = 100
mVp-p)
|
Besar Tegangan
output/Vo
(Signal
Pada Speaker)
|
Keterangan
|
100 Hz
|
0,4 V
|
CACAT
|
250 Hz
|
1,5 V
|
TIDAK CACAT
|
500 Hz
|
3,2 V
|
TIDAK CACAT
|
750 Hz
|
4,4 V
|
TIDAK CACAT
|
1000 Hz
|
5,2 V
|
TIDAK CACAT
|
1500 Hz
|
6,8 V
|
TIDAK CACAT
|
2000 Hz
|
7,2 V
|
TIDAK CACAT
|
5000 Hz
|
7,6 V
|
TIDAK CACAT
|
10000 Hz
|
7,2 V
|
TIDAK CACAT
|
15000 Hz
|
6 V
|
TIDAK CACAT
|
20000 Hz
|
5,2 V
|
TIDAK CACAT
|
c. Kondisi potensio Tone Control, Bass =
Tengah, High = Min
Frekuensi
Input
(Vo = 100
mVp-p)
|
Besar
Tegangan output/Vo
(Signal
Pada Speaker)
|
Keterangan
|
100 Hz
|
3,4 V
|
CACAT
|
250 Hz
|
4 V
|
TIDAK CACAT
|
500 Hz
|
4,4 V
|
TIDAK CACAT
|
750 Hz
|
4,6 V
|
TIDAK CACAT
|
1000 Hz
|
4,7 V
|
TIDAK CACAT
|
1500 Hz
|
4,3 V
|
TIDAK CACAT
|
2000 Hz
|
3,9 V
|
TIDAK CACAT
|
5000 Hz
|
3,1 V
|
TIDAK CACAT
|
10000 Hz
|
2,9 V
|
TIDAK CACAT
|
15000 Hz
|
1,7 V
|
TIDAK CACAT
|
20000 Hz
|
1,5 V
|
TIDAK CACAT
|
d. Kondisi potensio Tone Control, Bass =
Tengah, High = tengah
Frekuensi
Input
(Vo = 100
mVp-p)
|
Besar
Tegangan output/Vo
(Signal
Pada Speaker)
|
Keterangan
|
100 Hz
|
5,8 V
|
CACAT
|
250 Hz
|
6,6 V
|
TIDAK CACAT
|
500 Hz
|
7,4 V
|
TIDAK CACAT
|
750 Hz
|
9,2 V
|
TIDAK CACAT
|
1000 Hz
|
11,2 V
|
CACAT
|
1500 Hz
|
11,2 V
|
CACAT
|
2000 Hz
|
11,2 V
|
CACAT
|
5000 Hz
|
11,2 V
|
CACAT
|
10000 Hz
|
11,2 V
|
CACAT
|
15000 Hz
|
7,2 V
|
TIDAK CACAT
|
20000 Hz
|
6 V
|
TIDAK CACAT
|
e. Kondisi Potensio Tone Control, Bass =
Min, High = Max
Frekuensi
Input
(Vo = 100
mVp-p)
|
Besar
Tegangan output/Vo
(Signal
Pada Speaker)
|
Keterangan
|
100 Hz
|
0,76 V
|
CACAT
|
250 Hz
|
3 V
|
TIDAK CACAT
|
500 Hz
|
7,6 V
|
TIDAK CACAT
|
750 Hz
|
12 V
|
CACAT
|
1000 Hz
|
11 V
|
CACAT
|
1500 Hz
|
11 V
|
CACAT
|
2000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
5000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
10000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
15000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
20000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
f.
Kondisi
Potensio Tone Control, Bass = Max, High = Min
Frekuensi
Input
(Vo = 100
mVp-p)
|
Besar
Tegangan output/Vo
(Signal
Pada Speaker)
|
Keterangan
|
100 Hz
|
12 V
|
CACAT
|
250 Hz
|
12 V
|
CACAT
|
500 Hz
|
12 V
|
CACAT
|
750 Hz
|
12 V
|
CACAT
|
1000 Hz
|
12 V
|
CACAT
|
1500 Hz
|
12 V
|
CACAT
|
2000 Hz
|
8,8 V
|
TIDAK CACAT
|
5000 Hz
|
3,6 V
|
TIDAK CACAT
|
10000 Hz
|
1,75 V
|
TIDAK CACAT
|
15000 Hz
|
1 V
|
TIDAK CACAT
|
20000 Hz
|
0,6 V
|
TIDAK CACAT
|
g. Kondisi Potensio Tone Control,
Bass=Tengah, High=Max
Frekuensi
Input
(Vo = 100
mVp-p)
|
Besar
Tegangan output/Vo
(Signal
Pada Speaker)
|
Keterangan
|
100 Hz
|
6,8 V
|
TIDAK CACAT
|
250 Hz
|
7,6 V
|
TIDAK CACAT
|
500 Hz
|
8,8 V
|
TIDAK CACAT
|
750 Hz
|
11 V
|
TIDAK CACAT
|
1000 Hz
|
11 V
|
CACAT
|
1500 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
2000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
5000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
10000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
15000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
20000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
h. Kondisi Potensio Tone Control, Bass =
Max, High= Tengah
Frekuensi
Input
(Vo = 100
mVp-p)
|
Besar
Tegangan output/Vo
(Signal
Pada Speaker)
|
Keterangan
|
100 Hz
|
13 V
|
CACAT
|
250 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
500 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
750 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
1000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
1500 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
2000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
5000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
10000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
15000 Hz
|
11 V
|
TIDAK CACAT
|
20000 Hz
|
9 V
|
TIDAK CACAT
|
i.
Kondisi
Potensio Tone Control, Bass = Max, High = Max
Frekuensi
Input
(Vo = 100
mVp-p)
|
Besar
Tegangan output/Vo
(Signal
Pada Speaker)
|
Keterangan
|
100 Hz
|
13 V
|
CACAT
|
250 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
500 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
750 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
1000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
1500 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
2000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
5000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
10000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
15000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
20000 Hz
|
11,5 V
|
CACAT
|
F.EVALUASI/PENGAYAAN
1. Apa yang terjadi pada saat posisi
Volume rangkaian amplifier pada posisi maksimum ?
sinyal yang dihasilkan jika pada
posisi maksimum , terjadinya noise atau sinyal cacat yg di akibatkan
perbandingan yang tidak seimbang antara sinyal input dengan output .
3.Cari dan jelaskan fungsi-dari
peralatan-peralatan Filter audio yang ada disekitar anda dan tuliskan fungsinya
·
Equalizer adalah Rangkaian yang mampu mengatur rentang
frekuensi tertentu dan membiarkan yang lain tetap utuh.
·
Crossover Audio adalah kelas elektronik filter yang
digunakan pada aplikasi audio. Kebanyakan loudspeaker driver standar tidak
bisa mencakup spektrum audio keseluruhan dari frekuensi rendah ke
frekuensi tinggi dengan volume relatif bisa diterima serta kurangnya distorsi
menjadikan sebagian besar sistem speaker hi-fi menggunakan kombinasi dari
beberapa pengeras suara maupun driver, masing mewakili sebuah band frekuensi
yang berbeda. Crossover split sinyal audio menjadi gelombang frekuensi yang
terpisah yang mampu secara terpisah dialihkan ke loudspeaker dioptimalkan
terhadap band-band.
·
Audio mixer adalah perangkat elektronik untuk menggabungkan ( juga disebut
" pencampuran " ) , routing, dan mengubah tingkat , timbre dan / atau
dinamika sinyal audio. Mixer
A dapat mencampur sinyal analog atau digital , tergantung pada jenis mixer . Sinyal
yang dimodifikasi ( tegangan atau sampel digital ) dijumlahkan untuk
menghasilkan sinyal output gabungan .
Filter adalah suatu rangkaian yang
digunakan untuk membuang tegangan output pada frekuensi tertentu. Untuk
merancang rangkaian filter dapat digunakan komponen pasif (R,L,C) dan komponen
aktif (Op-Amp, transistor
Pada dasarnya filter dapat
dikelompokkan berdasarkan response (tanggapan) frekuensinya menjadi 4 jenis:
a. Dua jenis filter yang paling penting adalah low-pass filter (LPF) dan
high-pass filter (HPF). LPF memungkinkan frekuensi dibawah cut frequency lewat,
dengan kata lain frekuensi diatas cut frequency berkurang secara progresif
hingga ke titik dimana menjadi tidak relevan lagi. HPF melakukan hal yang sama
seperti LPF tetapi sebaliknya, yaitu hanya melewatkan frekuensi tinggi.
Gambar . Low-pass filter dan
high-pass filter
HPF digunakan untuk mengeliminasi getaran frekuensi rendah seperti yang
dihasilkan oleh suara langkah kaki musisi yang terekam oleh mikrofon, atau
background noise dari AC (air conditioning). LPF digunakan untuk mengeliminasi
suara putaran atau noise frekuensi tinggi.
c. Filter lolos pita (band pass
filter), frekuensi dari w1 radian/detik sampai w2 radian/detik adalah
dilewatkan, sementara frekuensi lain ditolak.
Sebuah band-passfilter merupakan
perangkat yang melewati frekuensi dalam
kisaran tertentu dan menolak (attenuates)
frekuensi di luar kisaran tersebut. Contoh dari analog elektronik
band pass filter adalah sirkuit RLC (a resistor-induktor-kapasitor sirkuit).
Filter ini juga dapat dibuat dengan menggabungkan -pass filter
rendah dengan –pass filter
tinggi .
d. Filter stop band, berkebalikan
dengan filter lolos pita, frekuensi dari w1 radian/detik sampai w2 radian/detik
adalah ditolak, sementara frekuensi lain diteruskan.
F. KESIMPULAN
1.Rangkaian Tone Control merupakan salah satu jenis pengatur suara atau nada aktif pada
sistem audio. Pada dasarnya tone control atau pengatur nada berfungsi untuk
mengatur penguatan level nada bass dan level nada treble. Nada bass adalah
sinyal audio pada frekuensi rendah sedangkan nada treble merupakan sinyal audio
pada frekuensi tinggi.
2.Rangkaian
Tone Control sederhana memiliki
output yang bisa di bilang cukup bagus dan bersih. Sinyal suara yang di
hasilkan dari input sebelumnya sudah di atur oleh potensiometer dan kemudian di
kuatkan oleh bagian op = amp menggunakan transistor yang kemudian di kopling
oleh kapasitor yang outputnya akan di atur lagi pada bagian control.
3.Tone Control yang memiliki 4 transistor terbagi dalam 3 bagian utama
yaitu bagian penguat depan, bagian pengatur nada (tone control) dan bagian
penguat akhir. Pada bagian depan dapat di bangun menggunakan 2 transistor yang
di susun dalam penguat 2 tingkat. Kemudian bagian pengatur nada di bangun
menggunakan sistem pengatur nada baxandal yang dapat mengontrol nada rendah
atau nada tinggi. Kemudian bagian akhir di gunakan penguat 2 tingkat yang di
bangun menggunakan transistor.
4.Rangkaian tone control baxandal merupakan rangkaian penguat dengan
jaringan umpan balik (feedback) dan rangkaian filter aktif. Rangkaian baxandal
hanya tergantung dari pengaturan potensiometer bass. Batas pengaturan maksimum
potensiometer bass merupakan maksimum boost (penguatan maksimal bass) dan batas
pengaturan minimum potensiometer bass merupakan maksimum cut (pelemahan
maksimum).
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda